- Top
- Daftar Departemen
- Komentar tentang Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Keracunan Hepatitis-B
/
/
Daftar Departemen
LIST OF CLINICAL DEPARTMENT
Buat Reservasi
RESERVE
Komentar tentang Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Keracunan Hepatitis-B
Hepatitis B adalah infeksi organ liver yang disebabkan oleh virus Hepatitis B. Penyakit ini merupakan suatu beban global yang dapat mengakibatkan kegagalan organ liver dan kanker liver. Penyakit ini mudah menular kepada sesama melalui kontak cairan tubuh ataupun darah yang terinfeksi. Pada kasus tertentu, sebagian penderita penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya, namun, tidak jarang penyakit ini memburuk dan menjadi penyakit Hepatitis B kronis. Terutama pada pasien yang terpapar oleh penyakit ini sejak usia muda. Sekarang ada sekitar 294 juta orang didunia yang memiliki Hepatitis B kronis, dan vaksinasi merupakan kunci utama mencegahnya terjadinya penyakit ini
Di Indonesia, hepatitis B masih umum terjadi, terutama pada daerah yang tergolong dtpk. Salah satu metode penyebaran paling sering adalah melalui transmisi ibu-anak yang terjadi pada saat melahirkan dan masih terbatasnya vaksinasi Hepatitis B ini yang menyebabkan angka ini masih tergolong tinggi. Kira-kira sekitar 7% dari populasi Indonesia memiliki Hepatitis B yang terdeteksi melalui HBsAg. Petugas kesehatan saat ini terus melakukan upaya untuk meningkatkan kesadaran dan mengimplementasikan strategi untuk mengurangi penyabarannya.
Hepatitis B disebar melalui cairan tubuh atau darah yang terinfeksi. Salah satu metode yang paling adalah transmisi Ibu ke anak, anak ke anak (melalui darah terinfeksi), hubungan seksual tanpa proteksi, dan menggunakan jarum bekas pakai. Pekerja kesehatan juga memiliki resiko tinggi untuk terinfeksi Hepatitis B akibat paparan sehari-hari terhadap cairan tubuh manusia.
Gejala Hepatitis B umumnya ringan dan bahkan tidak bergejala. Yang paling sering ditemukan di fase akut adalah perasaan mudah lelah, mual, nyeri perut, urin gelap, nyeri sendi, dan muncul kekuningan pada perut ataupun mata. Walau begitu masih juga ada sebagian individu yang tidak terdeteksi penyakitnya walau sudah menjadi kronis. Komplikasi serius yang dapat muncul pada suatu individu adalah cirrhosis, gagal liver, dan kanker liver.
Dalam pemeriksaan hepatitis B, umumnya dilakukan tiga jenis tes darah. Tes antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) untuk mendeteksi infeksi aktif, tes antibodi inti hepatitis B (anti-HBc) untuk memverifikasi infeksi di masa lalu, dan tes antibodi permukaan hepatitis B (anti-HBs) untuk memeriksa adanya kekebalan akibat vaksinasi atau infeksi sebelumnya. Jika tes HBsAg positif, itu menunjukkan bahwa seseorang sedang terinfeksi saat ini. Sedangkan, jika tes anti-HBc positif, itu menunjukkan bahwa orang tersebut pernah terpapar virus di masa lalu. Jika tes anti-HBs positif, itu berarti orang tersebut memiliki kekebalan terhadap HBV. Jika HBsAg tetap positif selama lebih dari 6 bulan, itu dianggap sebagai infeksi kronis. Orang yang berisiko tinggi, seperti mereka yang memiliki pengalaman hubungan seksual tanpa perlindungan, pengguna narkoba suntik, petugas medis, wanita hamil, atau mereka yang memiliki penyakit tertentu, sebaiknya menjalani pemeriksaan. Meskipun tidak dapat melakukan pemeriksaan skrining, vaksinasi masih dapat diberikan kepada orang yang memiliki riwayat infeksi atau riwayat vaksinasi.
Umumnya Hepatitis B akut tidak memerlukan penangnan khusus dan bersifat supportif, namun, pada kasus Hepatitis B diperluka suatu antiviral untuk memperlambat perkembangan virus dan melindungi pasien dari perburukan penyakit. Lini pertama antivirus ini adalah tenofovir dan entecavir yang bekerja menekan aktivitas virus untuk merusak liver. Pada kasus lanjut, pasien dapat diterapi dengan transplant liver. Monitoring rutin terhadap Hepatitis B kronis sangat penting untuk mendeteksi awal terjadinya kanker liver
Vaksinasi merupakan cara paling efektif yang dapat memberikan hingga 95% perlindungan pada penerimanya. Anak-anak terutama yang baru lahir sebaiknya mendapatkan 3 dosis imunisasi Hepatitis B untuk mencegah transmisi ibu ke anak. Tindakan preventif lain yang dapat dilakukan adalah berhubungan seksual dengan pelindung, tidak menggunakan jarum bekas pakai, mencuci tangan setelah kontak dengan cairan tubuh orang lain. Untuk pekerja medis, menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, menjaga steril dari alat-alat medis, 5 moment cuci tangan, dan berhati-hati dalam penanganan bahan atau zat biokimia.
Guidelines for the prevention, diagnosis, care and treatment for people with chronic hepatitis B infection. Geneva: World Health Organization; 2024. Licence: CC BYNC-SA 3.0 IGO.
Link: https://www.who.int/publications/i/item/9789240090903
CDC.Clinical testing and diagnosis for. Hepatitis B. https://www.cdc.gov/hepatitis-b/hcp/diagnosis-testing/index.html
Daftar Departemen
Akses
Access
Menara Astra, Lantai 3,
Jl. Jenderal Sudirman,
Kavling 5-6, Karet Tengsin,
Tanah Abang,
Kota Administrasi Jakarta Pusat,
Provinsi DKI Jakarta, 10220