- Top
- Daftar Departemen
- Komentar tentang Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Keracunan Sipilis
/
/
Daftar Departemen
LIST OF CLINICAL DEPARTMENT
Buat Reservasi
RESERVE
Komentar tentang Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Keracunan Sipilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini berkembang dalam empat tahap utama: tahap awal, tahap sekunder, tahap laten, dan tahap tersier, dengan gejala yang berbeda-beda di setiap tahap. Pada sifilis tahap awal, muncul luka tak nyeri (hard chancre) di tempat infeksi. Jika tidak diobati, penyakit ini akan berkembang menjadi sifilis tahap sekunder, dengan gejala seperti ruam, demam, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Setelah itu, ada tahap laten yang bisa berlangsung bertahun-tahun tanpa gejala, dan akhirnya sifilis tahap tersier bisa terjadi, yang menyebabkan kerusakan organ dan gangguan saraf, dan bisa berujung pada kematian. Selain itu, sifilis dapat menular dari ibu hamil ke janin, yang bisa menyebabkan kelainan bentuk tubuh atau keguguran. Diagnosis dini dan pengobatan dengan antibiotik, terutama penisilin, sangat penting untuk penyembuhan.
Sifilis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia, dengan 76.923 kasus baru yang dilaporkan pada tahun 2020. Kelompok yang berisiko tinggi adalah pekerja seks, pria yang berhubungan seks dengan pria, pengguna narkoba suntik, dan wanita hamil. Perawatan ibu hamil telah membantu mengurangi kasus sifilis kongenital, namun masih ada tantangan, terutama di daerah pedesaan yang memiliki keterbatasan sumber daya medis dan stigma sosial. Di Indonesia, tujuan utama adalah menurunkan angka kejadian sifilis menjadi 6 kasus per 100.000 pria, 5 kasus per 100.000 wanita, dan kurang dari 50 kasus sifilis kongenital per 100.000 kelahiran. Untuk mencapai ini, tes sifilis bagi ibu hamil diperluas. Model SITE (Syphilis Interventions Towards Elimination) digunakan untuk mensimulasikan penyebaran sifilis dan mengevaluasi dampak berbagai intervensi, serta menjadi panduan untuk upaya nasional dalam skrining, pengobatan, dan pencegahan.
Sifilis terutama menyebar melalui kontak langsung dengan luka sifilis saat berhubungan seks vaginal, anal, atau oral. Luka ini disebut chancre, yang muncul di area yang terinfeksi dan sangat menular pada tahap awal. Sifilis juga dapat menular dari ibu ke janin di dalam kandungan, yang dikenal sebagai sifilis kongenital, dan dapat menyebabkan cacat lahir atau keguguran serta komplikasi berat pada bayi. Berbeda dengan beberapa penyakit menular seksual lainnya, sifilis tidak menyebar melalui kontak biasa, berbagi peralatan makan, atau permukaan yang sama. Sifilis paling sering terjadi di antara orang yang aktif secara seksual, terutama jika mereka tidak selalu menggunakan pelindung. Untuk mencegah infeksi, penting untuk melakukan hubungan seks yang aman, seperti menggunakan kondom dan melakukan pemeriksaan penyakit menular seksual secara rutin.
Sifilis memiliki gejala yang berbeda-beda tergantung pada tahap penyakitnya. Pada tahap sifilis awal, muncul luka tak nyeri (chancre) di area yang terinfeksi, yang biasanya sembuh dengan sendirinya dalam 3 hingga 6 minggu. Sifilis sekunder muncul 4 hingga 10 minggu setelah infeksi primer, ditandai dengan ruam pada tubuh, termasuk telapak tangan dan telapak kaki, gejala mirip flu, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Jika tidak diobati, sifilis memasuki tahap laten, di mana tidak ada gejala yang terlihat dan bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Pada tahap sifilis tersier, sifilis yang tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi berat pada jantung, otak, saraf, dan organ lainnya, yang dapat mengakibatkan kelumpuhan, kebutaan, bahkan kematian. Selain itu, sifilis kongenital terjadi ketika bayi yang terinfeksi sifilis lahir, yang dapat menyebabkan keguguran, kematian, atau kecacatan fisik dan intelektual pada bayi.
Sifilis didiagnosis melalui tes darah yang mendeteksi antibodi terhadap Treponema pallidum. Tes yang umum digunakan adalah Rapid Plasma Reagin (RPR) dan Venereal Disease Research Laboratory (VDRL), yang merupakan tes nontreponemal dan sering digunakan untuk skrining. Tes ini mendeteksi antibodi terhadap sel bakteri yang rusak, tetapi bisa menghasilkan hasil positif palsu. Tes treponemal, seperti TPHA dan TP rapid, mendeteksi antibodi yang spesifik terhadap bakteri penyebab sifilis dan digunakan untuk konfirmasi diagnosis. Namun, tes ini akan tetap positif seumur hidup meskipun setelah pengobatan.
Tes rutin dianjurkan bagi wanita hamil dan mereka yang berisiko tinggi, seperti orang dengan HIV, pria yang berhubungan seks dengan pria, serta siapa saja yang memiliki gejala atau pernah terpapar sifilis. Idealnya, jika tes nontreponemal menunjukkan hasil positif, tes treponemal perlu dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis dan memantau perkembangan pengobatan. Di tempat dengan sumber daya terbatas, tes TP rapid bisa menjadi pilihan skrining yang cepat dan mudah.
Sifilis, terutama pada tahap awal, dapat diobati dengan satu kali suntikan benzathine penicillin (BPG) yang biasanya efektif pada banyak kasus. Namun, pada tahap yang lebih lanjut, perlu diberikan dosis tambahan. Bagi orang yang alergi terhadap penisilin, obat pengganti seperti doksisiklin atau azitromisin bisa digunakan.
Pada sifilis tahap ketiga (tertiari), perawatan intensif selama lebih dari tiga minggu diperlukan, dan memulihkan kerusakan organ bukanlah hal yang mudah. Untuk mencegah komplikasi, diagnosis dan pengobatan yang cepat sangat penting. Pasangan seksual dari orang yang terinfeksi juga harus diperiksa dan mendapatkan pengobatan untuk mencegah reinfeksi atau penyebaran lebih lanjut.
Setelah pengobatan, pasien akan menjalani pemeriksaan ulang dengan tes non-treponemal (seperti RPR atau VDRL) pada bulan ke 6, bulan ke 12, dan bulan ke 24 untuk memastikan bahwa infeksi telah hilang. Jika nilai tes menurun hingga 4 kali lipat, ini menunjukkan bahwa pengobatan berhasil, sementara jika meningkat, ini bisa mengindikasikan reinfeksi atau kegagalan pengo
Untuk mencegah sifilis, terutama bagi mereka yang memiliki banyak pasangan seksual, sangat penting untuk terus menggunakan kondom dan menjalani pemeriksaan penyakit menular seksual (PMS) secara rutin. Cara seks yang aman dapat membantu mengurangi risiko penularan. Pemeriksaan dan pengobatan yang cepat bagi kedua pasangan dapat mencegah infeksi dan reinfeksi.
Bagi wanita hamil, pemeriksaan sifilis sejak awal kehamilan sangat penting untuk mencegah sifilis kongenital dan melindungi kesehatan bayi.
Upaya kesehatan masyarakat juga berfokus pada peningkatan kesadaran dan pendidikan mengenai sifilis, terutama di kelompok yang berisiko tinggi. Mengurangi stigma terkait PMS sangat penting agar orang lebih cepat untuk menjalani pemeriksaan dan pengobatan yang diperlukan untuk mencegah penyebaran sifilis.
Daftar Departemen
Akses
Access
Menara Astra, Lantai 3,
Jl. Jenderal Sudirman,
Kavling 5-6, Karet Tengsin,
Tanah Abang,
Kota Administrasi Jakarta Pusat,
Provinsi DKI Jakarta, 10220