- Top
- Daftar Departemen
- Komentar tentang Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Keracunan Gonorea
/
/
Daftar Departemen
LIST OF CLINICAL DEPARTMENT
Buat Reservasi
RESERVE
Komentar tentang Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Keracunan Gonorea
Gonore (atau klamidia) adalah infeksi menular seksual (IMS) yang umum disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini umumnya menginfeksi mukosa saluran reproduksi, tetapi juga dapat menyerang rektum, tenggorokan, dan mata. Gonore banyak ditemukan pada orang yang aktif secara seksual, dan jika tidak diobati, dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Pada wanita, gonore yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PID), yang bisa berujung pada masalah kesuburan. Pada pria, gonore dapat menyebabkan epididimitis, yaitu peradangan pada saluran sperma yang dapat menyebabkan rasa sakit pada testis.
Jika bakteri menyebar ke aliran darah, gonore dapat menyebabkan infeksi yang lebih parah yang dikenal dengan nama gonore disseminated (DGI). Banyak orang yang terinfeksi gonore tidak menunjukkan gejala, sehingga infeksi ini sering tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Pendeteksian dini dan pengobatan dengan antibiotik sangat penting untuk mengobati gonore, namun peningkatan resistensi antibiotik pada bakteri gonore menjadi masalah kesehatan global yang semakin besar.
Gonore masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia, terutama di kalangan kelompok berisiko tinggi seperti orang yang memiliki banyak pasangan seksual, pekerja seks, dan pengguna narkoba. Di daerah perkotaan, sumber daya medis umumnya lebih tersedia, namun di pedesaan, akses untuk tes dan pengobatan penyakit menular seksual (PMS) masih terbatas.
Selain itu, stigma yang terkait dengan PMS sering membuat orang enggan mencari bantuan medis, yang menyebabkan infeksi tidak dilaporkan dengan baik dan memperburuk penyebaran penyakit.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan Indonesia bekerja sama dengan berbagai LSM untuk meningkatkan kesadaran, memperbaiki akses ke tes, dan memberikan edukasi mengenai seks yang aman. Namun, tantangan tetap ada, terutama dengan peningkatan resistensi antibiotik pada bakteri gonore di beberapa daerah.
Gonore umumnya ditularkan melalui kontak seksual, seperti hubungan seksual vaginal, anal, dan oral dengan orang yang terinfeksi. Karena bakteri penyebab gonore menginfeksi mukosa tubuh, penularan melalui kontak seksual sangat mudah terjadi. Gonore juga dapat menular dari ibu ke bayi saat persalinan, dan jika tidak diobati, dapat menyebabkan infeksi mata yang serius pada bayi baru lahir.
Berbeda dengan infeksi lainnya, gonore tidak dapat ditularkan melalui kontak biasa seperti berbagi peralatan makan atau permukaan benda. Gonore memiliki tingkat penularan yang tinggi, dan meskipun tidak menunjukkan gejala, seseorang tetap bisa menularkan infeksi. Oleh karena itu, untuk mencegah penularan, sangat penting untuk selalu melakukan seks aman, seperti menggunakan kondom secara konsisten.
Gejala gonore bervariasi tergantung pada tempat infeksi dan jenis kelamin. Pada pria, infeksi biasanya akan berkembang dalam waktu 2 hingga 5 hari dan menyerang uretra (saluran kencing), menyebabkan gatal, rasa terbakar, sakit saat buang air kecil, dan rasa sakit saat ereksi. Lebih dari 90% pria yang terinfeksi akan mengalami gejala yang jelas.
Pada wanita, lebih dari 50% infeksi pada leher rahim (serviks) tidak menunjukkan gejala. Namun, jika ada gejala, wanita bisa mengalami keputihan dari vagina atau uretra, nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil, sakit punggung, dan kram perut. Gonore pada anus biasanya tidak terlalu parah, tetapi bisa menyebabkan keputihan yang kental, rasa sakit, dan ketidaknyamanan.
Infeksi pada tenggorokan, atau gonore faring, dapat terjadi pada 3-7% pria heteroseksual, 10-20% wanita heteroseksual, dan 10-25% pria homoseksual. Pada wanita, banyak kasus yang tidak menunjukkan gejala, yang meningkatkan risiko infeksi yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Jika gonore tidak diobati, infeksi bisa menyebar dan menyebabkan komplikasi serius, seperti penyakit radang panggul (PID) pada wanita atau epididimitis (radang pada saluran sperma) pada pria. Jika dibiarkan, infeksi ini bisa menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan infeksi yang lebih serius.
Gonore didiagnosis dengan memeriksa sampel yang diambil dari bagian tubuh yang terinfeksi, seperti urine, vagina, rektum, atau tenggorokan. Karena banyak infeksi yang tidak menunjukkan gejala, sangat penting untuk memeriksa semua area yang mungkin terkontaminasi.
Orang yang menunjukkan gejala harus menghindari hubungan seksual dan segera melakukan tes di fasilitas medis atau klinik penyakit menular seksual. Orang yang tidak menunjukkan gejala, terutama wanita hamil, orang di bawah 25 tahun, mereka yang memiliki pasangan baru, yang memiliki banyak pasangan, pria yang berhubungan seks dengan pria, serta orang yang terinfeksi HIV, juga perlu menjalani pemeriksaan karena mereka termasuk dalam kelompok berisiko tinggi.
CDC (Centers for Disease Control and Prevention) merekomendasikan pengobatan gonore pada saluran urinogenital, rektum, dan tenggorokan yang tidak menyebabkan komplikasi dengan suntikan tunggal ceftriaxone melalui otot. Jika klamidia belum dapat dipastikan tidak ada, pemberian doxycycline selama 7 hari juga dianjurkan. Bagi pasien yang alergi terhadap antibiotik golongan sefalosporin, bisa digantikan dengan kombinasi gentamisin dan azitromisin.
Jika ceftriaxone tidak tersedia, sebagai alternatif, pengobatan dengan cefixime secara oral bisa digunakan untuk infeksi tenggorokan meskipun efektivitasnya lebih rendah. Untuk mencegah infeksi ulang atau penyebaran lebih lanjut, pasangan seksual juga harus diperiksa dan diobati. Untuk pasangan dari pasien yang terinfeksi, pengobatan dengan cefixime bisa diberikan asalkan tidak ada infeksi klamidia.
Jika pengobatan gagal, dokter harus berkonsultasi dengan ahli dan melakukan uji kepekaan antibiotik. Tes tindak lanjut atau test-of-cure disarankan 7-14 hari setelah pengobatan untuk infeksi tenggorokan, tetapi tidak diperlukan untuk infeksi saluran urinogenital atau rektum.
Untuk memastikan adanya infeksi ulang yang terjadi pada 7–12% kasus, pemeriksaan ulang perlu dilakukan 3 bulan setelah pengobatan.
Pemantauan secara rutin sangat penting untuk memastikan bahwa infeksi telah hilang. Karena munculnya strain bakteri yang resisten terhadap obat terus berlanjut, yang dapat membuat pengobatan di masa depan menjadi lebih rumit, penting untuk terus memantau kecenderungan resistansi antibiotik dan melakukan penelitian untuk pengobatan yang lebih efektif di masa depan.
Gonore tidak memiliki vaksin untuk pencegahannya. Untuk mencegahnya, penting untuk melakukan hubungan seksual yang aman, terutama dengan menggunakan kondom secara konsisten, serta melakukan pemeriksaan penyakit menular seksual (PMS) secara teratur, terutama jika memiliki banyak pasangan seksual. Mengurangi jumlah pasangan seksual dan berkomunikasi terbuka mengenai penyakit menular seksual juga dapat mengurangi risiko infeksi. Bagi wanita hamil, pemeriksaan dini sangat penting untuk mencegah infeksi pada bayi baru lahir dan komplikasi lainnya. Upaya kesehatan masyarakat berfokus pada meningkatkan kesadaran tentang gonore, mendorong pemeriksaan, dan mengurangi stigma terkait penyakit menular seksual. Pencegahan dan penanganan gonore yang efektif memerlukan pendidikan tentang hubungan seksual yang aman serta akses ke klinik STI (penyakit menular seksual).
Daftar Departemen
Akses
Access
Menara Astra, Lantai 3,
Jl. Jenderal Sudirman,
Kavling 5-6, Karet Tengsin,
Tanah Abang,
Kota Administrasi Jakarta Pusat,
Provinsi DKI Jakarta, 10220